Menurut Imam Syafi’i tentang pemahaman bid’ah ada dua
riwayat yang menjelaskannya.
Pertama,
riwayat Abu Nu’aim;
اَلبِدْعَة ُبِدْعَتَانِ , بِدْعَة ٌمَحْمُودَةٌ
وَبِدْعَةِ مَذْمُوْمَةٌ فِيْمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدَةٌ وَمَا خَالَفَهَا
فَهُوَ مَذْمُومْ.
‘Bid’ah itu ada dua macam, bid’ah terpuji dan bid’ah
tercela. Bid’ah yang sesuai dengan sunnah, maka itulah bid’ah yang terpuji
sedangkan yang menyalahi sunnah, maka dialah bid’ah yang tercela’.
Kedua,
riwayat Al-Baihaqi dalam Manakib Imam Syafi’i :
. اَلمُحْدَثَاتُ ضَرْبَانِ, مَا اُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتَابًا
اَوْ سُنَّةً اَوْ أثَرًا اَوْ اِجْمَاعًا فَهَذِهِ بِدْعَةُ الضّلالَةُ
وَمَا اُحْدِثَ مِنَ الْخَيْرِ لاَ يُخَالِفُ
شَيْئًا مْن ذَالِكَ فَهَذِهِ بِدْعَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٌ
‘Perkara-perkara baru itu ada dua macam. Pertama,
perkara-perkara baru yang menyalahi Al-Qur’an, Hadits, Atsar atau Ijma’. Inilah
bid’ah dholalah/ sesat. Kedua, adalah perkara-perkara baru yang mengandung
kebaikan dan tidak bertentangan dengan salah satu dari yang disebutkan tadi,
maka bid’ah yang seperti ini tidaklah tercela’
PENJELASAN
الْمُحْدَثَاتُ مِنَ اْلأُمُوْرِ ضَرْبَانِ
“Perkara baru ada dua macam”
Maksudnya : semua
perkara baru baik Ibadah atau bukan Ibadah, baik Aqidah atau bukan Aqidah
terbagi kepada dua macam, poin yang perlu di ingat adalah Imam Syafi’i sedang
memisah dan memilah antara dua macam perkara baru yang tentu saja perkara
tersebut tidak di masa Rasulullah dan para sahabat.
أَحَدُهُمَا : مَا أُحْدِثَ ممَّا يُخَالـِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً
أَوْ أَثرًا أَوْ إِجْمَاعًا
“salah satunya adalah perkara
baru yang menyalahi Kitab (Al-Quran), atau Sunnah (Hadits), atau Atsar, atau
Ijma’.”
Maksudnya : yang
pertama adalah perkara baru yang menyalahi Al-Quran, As-Sunnah, Atsar dan
Ijma’, poin penting di sini adalah “Yukhalifu” atau “menyalahi” jadi perkara
baru itu sesat bukan karena semata-mata ia baru ada dan belum ada di masa rasul
dan sahabat, tapi karena menyalahi 4 perkara di atas.
فهَذِهِ اْلبِدْعَةُ الضَّلاَلـَةُ
“maka perkara baru ini adalah
Bid’ah Dholalah”
Maksudnya : perkara baru yang
menyalahi Al-Quran atau menyalahi As-Sunnah atau menyalahi Atsar atau menyalahi
Ijma’, maka inilah Bid’ah Dholalah yang terlarang dalam Hadits larangan Bid’ah,
Bid’ah Dholalah bukan sesuatu yang tidak tersebut secara khusus dalam Al-Quran
atau As-Sunnah atau Atsar atau Ijma’, tapi harus diperiksa dulu apakah ia
menyalahi atau justru sesuai dengan Al-Quran atau As-Sunnah atau Atsar atau
Ijma’.
وَالثَّانِيَةُ : مَا أُحْدِثَ مِنَ الْخَيْرِ لاَ خِلاَفَ فِيْهِ
لِوَاحِدٍ مِنْ هذا
“yang kedua, perkara baru yang
baik lagi tidak menyalahi bagi salah satu dari ini (Al-Quran, As-Sunnah, Atsar,
dan Ijma’)”
Maksudnya : yang kedua adalah
perkara baru yang baik dan tidak menyalahi satupun dari Al-Quran atau As-Sunnah
atau Atsar atau Ijma’, bukan maksud baik itu hanya dianggap baik, tapi baik di
sini adalah tidak menyalahi 4 perkara tersaebut, dan poin penting di sini juga
pada “Tidak menyalahi” jadi perkara baru tidak otomatis Bid’ah dan Sesat, tapi ketika ia menyalahi salah satu dari 4
perkara tersebut, maka otomatis sesat, dan bila tidak menyalahi salah satu dari
4 perkara tersebut maka otomatis tidak sesat, baik dinamai dengan Bid’ah
Hasanah atau Bid’ah Lughawi atau dengan bermacam nama lain nya.
وَهَذِهِ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ
“dan perkara baru tersebut tidak
tercela”
Maksudnya :
perkara baru yang tidak menyalahi Al-Quran atau As-Sunnah atau Atsar atau Ijma’
adalah Bid’ah yang tidak tercela atau di sebut juga dengan Bid’ah Hasanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Assalaamualaikum
Bila berkenan tinggalkanlah komentar di blog ini, supaya kami bisa mengnang para pengunjung setia Blog ini
Cara berkomentar bagi yang belum memiliki blog:
1. Klik select profile -->> pilih Name/URL.
2. Isi nama Anda dan isi URL dengan alamat Facebook Anda/ kosongkan saja.
3. Klik Lanjutkan.
4. Ketik komentar anda dan klik PUBLISH.
6. Komentar yang kurang sopan,Spam/SARA otomatis akan kami hapus.
Terimakasih atas kunjungan Anda.
♫♪(¯`'•.¸(¯`'•.¸**¸.•'´¯)¸.•'´ ¯)♫♪